Laut Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Kapan Kita Bergerak?
Bandung – Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan rencana aksi global yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan para pemimpin dunia untuk mengentaskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan dan melindungi lingkungan. SDGs memiliki 17 tujuan dan 169 target yang dimaksudkan untuk dicapai pada tahun 2030 mendatang. Tujuan 14 SDGs yaitu ekosistem lautan memiliki 10 target yang diukur melalui 15 indikator.
Ekosistem lautan memiliki peranan penting bagi makhluk hidup di bumi. Sebagaimana kita ketahui, lebih dari 70% luas bumi merupakan lautan. Setidaknya lautan telah menghasilkan lebih dari 50% oksigen planet bumi dan menyerap sekitar 30% emisi karbon dioksida yang menahan dampak pemanasan global. Lautan menyimpan sumber daya melimpah yang tidak hanya menjadi habitat bagi sebagian besar keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi sumber protein bagi empat dari sepuluh orang di dunia. Secara global, nilai pasar sumber daya dan industri kelautan diperkirakan mencapai $3 triliun per tahun atau sekitar 5 persen dari PDB global. Diperkirakan 40 juta orang akan dipekerjakan oleh industri berbasis laut pada tahun 2030 menjadikan lautan sebagai kunci ekonomi berkelanjutan di masa mendatang.
Namun pada kenyataannya laut sedang tidak baik-baik saja saat ini. Menurut data yang diperoleh, 90% populasi ikan besar habis dan 50% terumbu karang hancur, semua tidak lain akibat aktivitas manusia yang dilakukan tanpa memikirkan dampak kerusakan terhadap laut. Salah satu penyebabnya adalah tingginya penggunaan barang-barang berbahan plastik di darat yang secara tidak langsung menyebabkan tingginya angka sampah plastik yang masuk ke laut.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti menyatakan banyak penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% sampah laut berasal dari daratan. Beliau menegaskan bahwa pencemaran sampah plastik di laut sangat mengancam kehidupan spesies laut, industri perikanan, pariwisata, dan membahayakan kesehatan manusia.
Melansir laman website United Nation Environment Programme (UNEP), diperkirakan sebelas juta metrik ton plastik yang kini masuk ke laut setiap tahunnya akan meningkat tiga kali lipat dalam dua puluh tahun ke depan. Dalam artian antara 23 – 37 juta metrik ton plastik masuk ke laut pada tahun 2040 apabila tidak dilakukan tindakan penyelesaian segera.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan Observatorium Bumi NASA, diperkirakan sekitar delapan juta metrik ton sampah plastik mengalir dari sungai dan pantai masuk ke laut setiap tahun. Sampah plastik tersebut tidak hanya menyebar di permukaan air tetapi juga turun sampai ke dasar laut menjadi tumpukan sampah, menutupi terumbu karang, dan merusak ekologi laut dalam jangka panjang.
Berdasarkan sebuah laporan yang diterbitkan oleh WWF, 88% spesies laut telah terdampak oleh polutan plastik di lautan. Setidaknya 2.144 spesies terancam akibat sampah plastik. Laporan menambahkan, sejumlah spesies juga menelan sampah plastik tersebut dan diduga seperlima sarden kalengan yang dijual bebas mengandung mikroplastik.
Lantas, apakah kita hanya akan berdiam diri saja setelah mengetahui kenyataan ini? Sebagai generasi muda kita harus bergerak menyelamatkan lautan. Upaya yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan ekosistem laut adalah dengan cara berkontribusi dalam memaksimalkan pengelolaan yang cermat atas sumber daya global yang berkelanjutan ini. Langkah sederhana yang dapat ditempuh dengan cara mengurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik dan botol air, serta mendaur ulang sampah plastik menjadi barang serbaguna yang dapat dipakai kembali. Kita juga perlu menghindari pemakaian produk yang merusak laut seperti kosmetik yang mengandung squalene hiu, perhiasan yang terbuat dari terumbu karang atau cangkang penyu, souvenir cangkang kerang dan yang terbuat dari hewan lainnya. Selanjutnya, kawasan konservasi laut juga perlu dikelola secara efektif dan kebijakan tegas perlu dibuat untuk mengurangi pelanggaran penangkapan ikan, pencemaran laut, dan pengasaman laut.
“Sudah waktunya untuk menyadari bahwa, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan tujuan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, kita sangat membutuhkan tindakan kolektif untuk merevitalisasi laut. Itu berarti menemukan keseimbangan baru dalam hubungan kita dengan lingkungan laut.” kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
Referensi : un.org, unep.org, undp.org, unric.org, oceana.org, worldwildlife.org, dw.com, ppid.menlhk.go.id, sdgs.bappenas.go.id, sdgsc.itb.ac.id
Kelompok 5 – SDGs 14 Ekosistem Lautan
Content Creator : Husna Khairiyah Az Zahra, Alfira Ardianti
Marketing : Muhammad Syahdan Husaini
Leadership : Anita Noviyani, Indah Lestari, Rizma Nabila
Public Speaking : Rani Amelia
Journalist : Firliana Vira Lestari, Renita Maharani
Administrasy & Treasury : Adila Yuniantini, Nisriina Hasnanda, Hudan Wahyudin