Mitigasi Perubahan Iklim, Ketahui Penyebab dan Dampaknya
Sudah beberapa musim terakhir ini, masalah perubahan iklim menjadi afeksi banyak pihak. Permasalahan ini harus menjadi perhatian khusus karena dapat mengganggu kesetimbangan populasi dan ekosistem di bumi. Apabila dibiarkan berlanjut, maka akan berdampak buruk pada manusia ataupun makhluk hidup lainnya yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi perubahan iklim berlanjut, maka diperlukanlah solusi atau penanganan yang tepat.
Perubahan iklim merupakan perubahan substansial pada iklim, curah hujan, dan suhu udara. Adapun definisi dari perubahan iklim menurut para ahli yaitu transformasi kondisi fisik atmosfer bumi di antaranya yaitu suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor dalam kehidupan.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Perubahan iklim biasa terjadi pada kurun waktu antara 50 sampai dengan 100 tahun. Tiap-tiap bagian iklim memberikan dampak terhadap kondisi iklim dengan tingkat dampak yang berubah-ubah. Pengaruh perubahan iklim juga dapat dirasakan pada cakupan Kawasan wilayah perkotaan hingga kawasan benua.
Sebagian besar pemicu perubahan iklim terjadi karena efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya pemusatan gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di udara. Menurut studi kasus pada jurnal Nature Climate Change, umat manusia bertanggung jawab mengakibatkan meningkatnya suhu bumi dengan perannya menciptakan atau memproduksi gas rumah kaca. Meskipun tidak seutuhnya bertanggung jawab terhadap perubahan iklim, 75 persen diketahui pemicunya adalah gas rumah kaca yang meningkat hingga melampaui angka 95 persen. Beberapa kegiatan manusia seperti emisi bahan bakar fosil, perubahan fungsi lahan, limbah dan kegiatan-kegiatan industri dapat menyebabkan peningkatan terhadap pemusatan gas rumah kaca.
Dampak buruk dari perubahan iklim di antaranya adalah menurunnya kualitas dan kuantitas hutan; meningkatnya gas rumah kaca karena deforestasi (kegiatan mengonversikan area hutan menjadi lahan tidak berhutan secara tetap/permanen); menyusutnya area pertanian; menurunnya kesuburan pada lahan pertanian; menurunnya kualitas dan berkurangnya kuantitas air; meningkatkan wabah penyakit; dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri yang beriklim tropis, pada musim kemarau berkepanjangan adalah kondisi yang sangat baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit karena kelembaban udara pada musim kemarau cukup tinggi. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut tumbuh dengan sangat subur dan dapat bertahan hidup lebih lama. Kondisi ini menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan udara semakin banyak terjadi seperti penyakit kulit akibat jamur. Selain itu, udara yang hangat adalah pertanda bagi bunga untuk melakukan penyerbukan. Umumnya, orang alergi dengan benda-benda kecil seperti serbuk bunga. Sehingga, kondisi ini menyebabkan peningkatan penyakit akibat alergi meningkat.
Untuk penanganan perubahan iklim seharusnya bisa dilakukan dengan cara sederhana dan dapat di lakukan di kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk penanganan perubahan iklim:
1. Menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Langkah penanganan perubahan iklim yang pertama adalah dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Reduce merupakan upaya meminimalisir pemakaian barang yang berpotensi menjadi sampah, dengan tujuan agar lingkungan hidup lebih terjaga dari kerusakan dan juga membantu mengurangi pemborosan. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan, dengan tujuan agar sampah tersebut mempunyai nilai fungsi yang sama atau mempunyai fungsi lainnya. Sedangkan recycle adalah mengolah kembali atau mendaur ulang sampah menjadi produk atau barang baru yang bermanfaat, contohnya dengan mendaur ulang sampah plastik, kertas, botol kaca, dan limbah-limbah lainnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
2. Menanam pohon atau tumbuhan
Menanam pohon atau tumbuhan adalah tindakan sederhana sebagai bentuk penanganan perubahan iklim. Ketika fotosintesis terjadi, pohon atau tumbuhan akan menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, sehingga pohon atau tumbuhan mempunyai andil besar terhadap siklus transfigurasi atmosfer alami. Beberapa tumbuhan juga dapat mengatasi peningkatan karbon dioksida yang diakibatkan oleh manufaktur, lalu lintas kendaraan bermotor, dan kegiatan manusia lainnya.
3. Meminimalisir Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi
Mengatasi perubahan iklim dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor pribadi akan menghasilkan lebih sedikit emisi. Hal tersebut dapat mengurangi penyebab terjadinya perubahan iklim yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca yang dihasilkan dari emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Manfaat lain dari meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor yaitu dapat menghemat bensin sebagai bahan bakar minyak yang semakin hari semakin menipis. Selain itu, berjalan kaki dan bersepeda menjadi Sebagian bentuk kegiatan olahraga yang menyehatkan tubuh.
4. Mengajak Orang Lain Untuk Melakukan Kegiatan Konservasi Lingkungan
Cara mengatasi perubahan iklim yang terakhir yaitu dengan mengajak orang lain untuk melakukan kegiatan konservasi lingkungan. Bentuk yang paling sederhana atau mudah yaitu berbagi informasi kepada orang sekitar. Contohnya berbagi informasi dengan keluarga, tetangga, dan teman mengenai perubahan iklim, konservasi energi, daur ulang, dan lainnya. Selain itu, memberikan teladan yang baik untuk pelestarian lingkungan atau mengikuti dan mengajak orang lain untuk masuk dalam komunitas pecinta lingkungan.